Kesetimbangan Gaya pada Jembatan
Kesetimbangan
statis banyak diaplikasikan dalam bidang teknik, khususnya yang
berhubungan dengan desain struktur jembatan. Anda mungkin sering
melewati jembatan untuk menyeberangi sungai atau jalan. Menurut Anda,
bagaimanakah kesetimbangan statis suatu jembatan jika dijelaskan secara
Fisika?
Suatu jembatan sederhana dapat dibuat
dari batang pohon atau lempengan batu yang disangga di kedua ujungnya.
Sebuah jembatan, walaupun hanya berupa jembatan sederhana, harus cukup
kuat menahan berat jembatan itu sendiri, kendaraan, dan orang yang
menggunakannya. Jembatan juga harus tahan terhadap pengaruh kondisi
lingkungan. Seiring dengan perkembangan jaman dan kemajuan teknologi,
dibuatlah jembatan-jembatan yang desain dan konstruksinya lebih panjang
dan indah, serta terbuat dari material yang lebih kuat dan ringan,
seperti baja. Secara umum, terdapat tiga jenis konstruksi jembatan.
Marilah pelajari pembahasan kesetimbangan gaya-gaya yang bekerja pada
setiap jenis jembatan berikut.
a. Jembatan kantilever adalah
jembatan panjang yang mirip dengan jembatan sederhana yang terbuat dari
batang pohon atau lempengan batu, tetapi penyangganya berada di tengah.
Pada bagian-bagiannya terdapat kerangka keras dan kaku (terbuat dari
besi atau baja). Bagianbagian kerangka pada jembatan kantilever ini
meneruskan beban yang ditanggungnya ke ujung penyangga jembatan melalui
kombinasi antara tegangan dan regangan. Tegangan timbul akibat adanya
pasangan gaya yang arahnya menuju satu sama lain, sedangkan regangan
ditimbulkan oleh pasangan gaya yang arahnya saling berlawanan.
Perhatikanlah Gambar 6.29.
Kombinasi antara pasangan gaya yang berupa regangan dan tegangan,
menyebabkan setiap bagian jembatan yang berbentuk segitiga membagi berat
beban jembatan secara sama rata sehingga meningkatkan perbandingan
antara kekuatan terhadap berat jembatan. Pada umumnya, jembatan
kantilever digunakan sebagai penghubung jalan yang jaraknya tidak
terlalu jauh, karena jembatan jenis ini hanya cocok untuk rentang jarak
200 m sampai dengan 400 m.
Gambar 6.29 Jembatan kantilever ini banyak digunakan di Indonesia untuk menghubungkan wilayah antardaerah.
b. Jembatan lengkung adalah
jembatan yang konstruksinya berbentuk busur setengah lingkaran dan
memiliki struktur ringan dan terbuka. Rentang maksimum yang dapat
dicapai oleh jembatan ini adalah sekitar 900 m. Pada jembatan lengkung ini, berat jembatan serta beban yang ditanggung oleh jembatan (dari kendaraan dan orang yang melaluinya) merupakan gaya-gaya yang saling berpasangan membentuk tekanan. Oleh karena
itu, selain menggunakan baja, jembatan jenis ini dapat menggunakan
batuan-batuan sebagai material pembangunnya. Perhatikanlah Gambar 6.30. Desain busur jembatan menghasilkan sebuah gaya yang mengarah ke dalam dan ke luar pada dasar lengkungan busur.
Gambar 6.30 Salah satu contoh jembatan lengkung adalah jembatan Rumpyang yang terdapat di Kalimantan Selatan.
c. Jembatan gantung adalah jenis
konstruksi jembatan yang menggunakan kabel-kabel baja sebagai
penggantungnya, dan terentang di antara menara-menara. Setiap ujung
kabel-kabel penggantung tersebut ditanamkan pada jangkar yang tertanam
di pinggiran pantai. Perhatikanlah Gambar 6.31. Jembatan gantung menyangga bebannya dengan cara menyalurkan beban tersebut (dalam bentuk tekanan oleh gaya-gaya) melalui kabel-kabel baja menuju menara penyangga. Kemudian, gaya tekan tersebut diteruskan oleh menara
penyangga ke tanah. Jembatan gantung ini memiliki perbandingan antara
kekuatan terhadap berat jembatan yang paling besar, jika dibandingkan
dengan jenis jembatan lainnya. Oleh karena
itu, jembatan gantung dapat dibuat lebih panjang, seperti Jembatan
Akashi-Kaikyo di Jepang yang memiliki panjang rentang antarmenara 1780
m.
Gambar 6.31 Jembatan Ampera yang terdapat di Sumatra Selatan ini menggunakan konstruksi jembatan gantung dengan duamenara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar